Berbagai aktivitas manusia berkaitan erat dengan jenis-jenis tanah di sekitarnya. Itu sebabnya orang yang tinggal di kawasan pegunungan menekuni budidaya tanaman kopi, stroberi, dan semacamnya karena jenis tanahnya mendukung. Setiap ragam tanah pun diberi nama tertentu agar mempermudah identifikasi dan bisa dimanfaatkan dengan tepat. Mari kenali jenis-jenis tanah di Indonesia dan persebarannya!
10 Jenis-jenis tanah beserta karakteristik dan persebarannya
Jenis-jenis tanah di Indonesia tersebar di seluruh penjuru negara. Dengan karakteristik tanah yang beragam, masyarakat dapat memanfaatkannya untuk berbagai kegiatan.
1. Tanah aluvial
Jenis tanah ini bisa ditemukan di beberapa wilayah Indonesia, yakni bagian utara Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera, Sulawesi, dan selatan Papua. Keberadaan tanah aluvial ditimbulkan oleh endapan lumpur yang terbawa oleh aliran sungai. Dalam konteks bercocok tanam, tingkat kesuburan tanah aluvial cenderung variatif sesuai bahan-bahan pembentuknya. Namun, umumnya tanah aluvial dapat dijadikan lahan sawah atau perkebunan. Banyak yang memanfaatkannya untuk menanam padi dan palawija.
Ciri-ciri tanah aluvial antara lain berwarna kelabu dan keras. Jika terkena air, sifatnya menjadi lengket. Tanah ini memiliki pH yang jauh lebih rendah daripada jenis lain, yakni sekitar 5,3 sampai 5,8. Ditambah kandungan mineral tinggi, tanah ini memiliki kemampuan menyerap air yang baik, sehingga digunakan untuk bercocok tanam.
2. Tanah organosol
Disebut juga sebagai tanah gambut, tanah organosol terbentuk dari pelapukan bahan-bahan organik di alam. Tanah ini dapat ditemukan di area pantai atau rawa. Apabila dicari di wilayah Indonesia, tanah organosol tidak begitu sulit ditemukan karena tersebar di hampir seluruh daerah, mulai dari Papua, Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Nusa Tenggara.
Karakteristik tanah organosol membuatnya cocok untuk dijadikan lahan pertanian, misalnya karet dan kelapa. Umumnya, tanah organosol memiliki kandungan organik lebih dari 30 persen dan ketebalan sekitar 50 cm.
3. Tanah andosol
Tanah andosol adalah salah satu jenis tanah vulkanik, sehingga ada di sekitar gunung berapi. Karakteristik tanah ini sangat subur dan sesuai untuk berbagai jenis tanaman, contohnya kopi, teh, jagung, hingga aneka sayur. Itu disebabkan kandungan tanah andosol kaya akan mineral.
Karena terbentuk dari aktivitas vulkanik, tanah andosol dapat ditemukan di daerah Indonesia yang memiliki gunung berapi. Jenis tanah ini tersebar di beberapa daerah Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara.
4. Tanah grumusol
Tanah grumusol juga terbentuk dari material gunung berapi, yaitu dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Berbeda dari jenis-jenis tanah yang telah disebut sebelumnya, tanah grumusol cenderung kurang subur karena terbuat dari batuan kapur. Maka, tidak heran tekstur tanahnya kering dan mudah pecah.
Meski tidak terlalu subur, tanah grumusol juga bisa digunakan untuk menanam padi pada musim hujan. Saat musim kemarau, tanah ini bisa untuk budidaya palawija serta singkong. Tanah grumusol dapat ditemukan di Ngawi, Madiun, Demak, Jepara, Rembang, Pati, juga Nusa Tenggara Timur.
5. Tanah mediteran
Sebagai hasil pelapukan kapur, tanah mediteran tidak begitu subur. Meski begitu, tanah mediteran dapat dijadikan bahan bangunan dan kerajinan gerabah. Tanah dengan warna merah kecokelatan ini bisa ditemukan di Maluku, Nusa Tenggara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
6. Tanah latosol
Karakteristik tanah latosol yang menonjol adalah warnanya yang merah, kuning, hingga kecokelatan. Jika dinilai dari teksturnya, tanah ini lempung dengan solum horizon. Tanah latosol mengandung aluminium dan zat besi, sehingga cocok untuk pondasi bangunan. Namun, bisa juga ditanami jenis tumbuhan tertentu, seperti cokelat, vanili, pala, dan bunga edelweiss. Tanah latosol dapat ditemukan di Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, dan Lampung.
7. Tanah laterit
Pada daftar jenis-jenis tanah Indonesia, ada juga tanah laterit. Dengan kandungan zat besi dan aluminium, bentuk fisik dari tanah ini berwarna merah bata. Manfaat tanah laterit antara lain untuk membuat perkebunan cengkeh, kelapa sawit, hingga dijadikan bahan kerajinan tangan seperti kendi dan vas.
8. Tanah podsol
Tanah podsol terdiri dari beragam campuran tekstur, antara lain pasir dan batu-batu kecil. Sejumlah jenis tanaman bisa tumbuh di tanah podsol, yakni jambu mete, karet, juga kelapa. Lokasi persebaran tanah ini meliputi daerah Papua, Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Sulawesi, yang penting memiliki curah hujan tinggi.
9. Tanah litosol
Tanah litosol termasuk dalam deretan tanah yang masih muda. Kedalamannya pun cenderung dangkal, tepatnya di bawah 25 cm. Biasanya, tanah litosol berada di kecuraman tinggi. Persebaran jenis tanah ini tidak begitu luas karena hanya bisa ditemukan di Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Jawa.
10. Tanah inceptisol
Sedikit mirip dengan tanah litosol, tanah inceptisol juga masih muda dan mulai berkembang. Pembentukan tanah inceptisol melibatkan batuan sedimen atau metamorf, kemudian menghasilkan warna gelap seperti cokelat atau hitam. Jenis tanah ini berada di Papua, Sumatera, dan Kalimantan.
Demikian jenis-jenis tanah dan persebarannya di Indonesia. Perlu diketahui bahwa keadaan tanah bisa menurun akibat beberapa faktor, apalagi jika tidak dirawat dengan baik. Oleh karena itu, jangan lupa memberikan pupuk secara rutin untuk memenuhi kebutuhan zat hara pada tanah. Lakukan juga penyiraman tanah agar tidak kering, terlebih selama musim kemarau.
Selain itu, kualitas dari berbagai jenis-jenis tanah dapat dijaga dengan memasang woven geotextile yang bisa mengatasi masalah tanah. Namun, pastikan woven geotextile yang dipakai memiliki kualitas baik, seperti buatan Geosinindo. Terlebih, woven geotextile dari Geosinindo memiliki kekuatan tarik tinggi dan mampu berperan sebagai pelindung dari sinar UV. Strukturnya pun stabil untuk menjaga kualitas tanah. Temukan informasi selengkapnya mengenai produk Geosinindo di sini!
Comments